"Selamat Datang Di Blogku..."

Jumat, 26 Oktober 2012

Ropen, Pterodactyl dari Papua New Guinea

Saya ingat saya pernah menulis tentang Kongamato, Pterodactyl dari Afrika. Setelah saya mencari informasi di internet, saya menemukan bahwa Pterodactyl kemungkinan masih hidup dan tidak hanya bisa ditemukan di Afrika saja. Selain Kongamato, Pterodactyl yang disebut-sebut masih bertahan hidup dari kepunahan adalah Ropen, Pterodactyl dari Papua New Guinea.

Ilustasi Ropen
Dalam bahasa setempat, kata "Ropen" berarti "setan terbang". Disebut demikian, karena memang ia memiliki kemampuan terbang dan bentuknya bisa dikatakan "aneh" bagi warga setempat. Secara garis besar, Ropen sangat mirip dengan Kongamato. Namun, ukurannya dengan Kongamato yang membedakannya dengan Kongamato. Ditambah lagi mereka berasal dari daerah yang berbeda, Ropen berasal dari Papua New Guinea sedangkan Kongamato berasal dari Afrika. Ropen berukuran lebih besar dibandingkan dengan Kongamato dengan ukuran sayapnya berkisar antara 20 hingga 24 kaki, kira-kira 7 meter-an. Menurut para saksi, mereka memiliki warna kulit keabuan-abuan dan biasanya muncul dengan kilatan cahaya yang menyertai kemunculannya.

Ropen mulai terkenal sejak perang dunia kedua, ketika banyak para misionaris yang berasal dari Barat pergi Papua New Guinea. Di sana, mereka melihat makhluk ini muncul dengan kilatan cahaya yang menyertai setiap kemunculannya.

Penduduk Papua New Guinea percaya bahwa Ropen adalah hewan nocturnal yang biasa muncul pada malam hari dengan tanda-tanda kilatan cahaya di atas langit. Ketika siang, penduduk lokal menyebutkan bahwa kalau Ropen beristirahat atau tidur di gua-gua di Papua New Guinea, tepatnya di Pulau Umboi dan Pulau Rambunzo. Kenapa demikian? Karena jarang sekali atau bahkan tidak pernah terlihat Ropen pada malam hari. Mungkin karena Ropen datang dengan kilatan cahaya, mungkin sulit untuk mengenalinya.

Biasanya, Ropen muncul pada saat para penduduk lokal di Papua New Guinea sedang melakukan upacara pemakaman atau adat. Mereka datang hanya untuk memakan sesajen atau mayat pada upacara tersebut. Kabarnya, Kongamato juga suka makan mayat. Jadi, tidak menutup kemungkinan bahwa Ropen dan Kongamato sebenarnya adalah jenis hewan yang sama.

Penampakan Ropen mulai sering dilaporkan pada awal tahun 2004. Tetapi ternyata, pada tahun jauh sebelum 2004, tepatnya pada tahun 1944, sudah ada laporan mengenai Ropen. Pada tahun 1944, seorang marinir sekaligus pilot bernama Duane Hodgkinson, mengaku pernah ditemui oleh makhluk prasejarah tersebut. Ketika ia melewati daerah Papua New Guinea, tiba-tiba seekor makhluk yang memiliki ciri-ciri persis seperti dengan Pterodactyl muncul di depan pesawatnya dan terbang tanpa mengepakkan sayapnya. Dengan terkejut, Hodgkinson segera mengendalikan pesawatnya agar menghindar dari makhluk tersebut. Hodgkinson mengaku melihat makhluk tersebut hanya beberapa detik, tetapi waktu yang cukup untuk mengidentifikasikan bahwa makhluk yang dilihatnya adalah seekor Pterodactyl, yang biasa disebut Ropen, oleh warga sekitar.

Empat tahun sebelum kejadian yang dialami oleh Hodgkinson, pasukan Jepang yang merapat di Papua New Guinea mengaku diserang oleh Ropen. Tetapi, salah satu dari pasukan Jepang tersebut segera menembaknya dan kemudian makhluk tersebut hilang di hutan yang lebat.

Ini adalah foto yang diduga sebagai foto Ropen :



Salah satu penduduk Akure Village, Jonah Jim mengaku dirinya melihat Ropen di suatu malam. Jim melihat suatu objek yang bercahaya dan berekor yang terbang melintas di atasnya.

Selain Jim, penampakan tentang Ropen pernah terjadi selama sebulan sekali. Salah satu penduduk desa Opai di Pulau Umboi mengaku melihat Ropen terbang melintas di atas rumahnya setiap sebulan sekali.

Apakah benar ada Pterodactyl yang hidup di Papua New Guinea? Biarkanlah para ahli yang menjawabnya karena jawabannya masih merupakan misteri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar